Mahasiswi Baru (2019)
Perkenalan
Film ini mengisahkan tentang seorang nenek yang baru saja ditinggal pergi cucu kesayangannya satu-satunya, Ia bernama Lastri (Widyawati). Cucunya ini memiliki cita-cita untuk berkuliah di Eropa, jurusan komunikasi. Namun, disebabkan karena kecelakaan cucunya Lastri meninggal dunia dan membuat Lastri dan Anna (Karina Suwandi) sangat merasa terpukul. Mengingat cita-cita dari sang cucu yang amat disayanginya itu, membuat Lastri ingin mewujudkan cita-cita sang cucu, yakni berkuliah di jurusan ilmu komunikasi. Demi membuktikan niatnya, Lastri mendaftarkan dirinya di sebuah universitas. Setelah berhasil masuk dan terdaftar di universitas tersebut, ia pun mulai menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswi. Tidak hanya belajar dan kuliah, Lastri juga menjalani kehidupan layaknya anak kuliah masa kini.
Orientasi
Lastri masuk kuliah pertama dan mengikuti ospek, dengan gaya nenek-neneknya Lastri mengikuti ospek dengan mengenakan seragam SMA dan memakai panci sebagai topi – kayak zaman-zaman dulu ospek penjajahan wkwk – lucunya kakak tingkat yang meng-ospek ini mengira kalau Lastri ini bukan orang tua dan malah dimarah-marahin juga – gaya kating nge-ospek adek tingkatnya pake toa teriak-teriak gajelas – pas tau ternyata udah tua langsung pada sungkem deh.
Singkat cerita, saat menjadi mahasiswi baru, Lastri bersahabat dengan Danny (Morgan Oey), Sarah (Mikha Tambayong), Erfan (Umay Shahab) dan Reva (Sonia Alyssa). Mereka membentuk sebuah geng yang sering membuat kehebohan di kampus serta menimbulkan kericuhan. Hal tersebut membuat anak Lastri, Anna (Karina Suwandi), pusing menghadapi ibunya yang ikut-ikutan bandel seperti pulang larut malam dan sering keluyuran. Kuliah Lastri mulai dipertaruhkan saat Chaerul (Slamet Rahardjo), dekan fakultas, merasa Lastri tak pantas melanjutkan kuliah karena keonarannya di kampus.
Komplikasi
Karena tingkahnya ini, Lastri pun terancam dikeluarkan. Sang dekan memberi peringatan kepada Lastri. Konflik diperparah dengan tidak terimanya Anna dengan perilaku Lastri. Kala itu Lastri ikut andil dalam tawuran kampus yang membuat Lastri babak belur. Anna selalu mengingatkan usia Lastri agar dia bertingkah normal seperti lansia pada umumnya. Anna khawatir dengan tindak tanduk Lastri. Pergaulan Lastri dengan para anak milenial juga membuat Anna resah dan bimbang. Lastri sendiri menjadi pribadi yang bebas dan tidak mau diatur. Lastri memilih meninggalkan rumahnya dengan menikmati waktunya bersama keempat temannya.
Konflik berlanjut ketika Lastri dapet IPK paling jelek diantara gengnya, padahal dia udah diancam sama Chaerul kalau IPK nya jelek bakal dikeluarin. Terus gengnya Lastri ini berencana buat bikin si Pak Dekan, Chaerul (Slamet Rahardjo) jatuh cinta sama Lastri. Akhirnya, Lastri berhasil bikin Pak Dekan jatuh cinta dan bikin dia ngga jadi dikeluarin kuliah karena IPKnya jelek. Akhirnya mereka berhasil bikin Chaerul ini jatuh cinta sama Lastri, tapi setelah tau ternyata Lastri Cuma pura-pura bikin Chaerul ini sakit hati dan kecewa dan Lastri akhirnya dikeluarin juga dari kampus.
Dilain cerita, Reva diikutin sama Danny dan Erfan yang curiga kenapa dia sering ketiduran kalau lagi kumpul sama gengnya. Dan ternyata Reva itu kerja didunia malem karena Danny ini yang karakternya alay selalu bikin vlog dan kesebar pekerjaan sampingan Reva, akhirnya Reva juga dikeluarin dari kampus. Besok paginya Reva yang lagi sedih dan naik tower di kampus, dan dikira mau bunuh diri, terus disamperin Erfan yang malah adu nasib diatas tower. Ternyata dia gamau bunuh diri, tapi cuma lagi nyari tempat tenang aja. Dibawah tower udah rame dan ada Chaerul (pak dekan) yang minta biar ga bunuh diri, akhirnya Reva sama Erfan ngerjain dengan minta syarat kalau Lastri sama Reva bisa kuliah lagi dan dikabulin.
Resolusi
Akhirnya Lastri sama Reva bisa kuliah lagi dan gengnya bisa ngumpul lagi. Sebelum itu, mereka nyamperin dulu ke ruangan Chaerul. Lastri yang masuk mereka bereempat diluar. Lastri nagih janji dansanya Chaerul dan emang ternyata Lastri jatuh cinta beneran sama Chaerul. Chaerul akhirnya luluh juga dan maafin Lastri. Diakhir cerita, geng Lastri ini dateng ke makamnya cucunya Lastri buat bilang bakal jagain omanya sampe lulus.
Komentar
Film ini menghadirkan kontras antara generasi tua dengan generasi muda yang menjadi pokok bahasan cerita, film ini mengambil rentang tone yang cukup jauh. Beberapa adegannya bisa dibilang konyol dan tidak masuk akal, lalu berubah menjadi serius dan emosional, atau bahkan menjadi keduanya sekaligus. Film ini berusaha membuka koneksi kepada penonton lewat komedi-komedi. Tapi bukan komedi yang “it’s funny because it’s true”, tetapi lebih ke komedi yang mengadung value dan pesan sosial tertentu yang tersembunyi. Menonton film komedi ini jadi terbayang lagu Iwan Fals – Nenekku Okem. It’s just funny. Film ini juga menunjukkan dirinya sengaja memilih komedi receh. Mahasiswi Baru hadir dengan self-awareness bahwa tokoh-tokoh mereka punya backstory ala FTV SCTV. Dapat kita jumpai dua adegan di mana dua tokoh sedang berbincang membandingkan kisah hidup siapa yang paling tragis.
Sisi positif yang berusaha digali dari arahan komedinya ini adalah film ini memiliki kemampuan untuk tampil sebagai satir, atau parodi. Karakter-karakter di sini merupakan stereotipe yang benar-benar tidak baik sehingga bisa jadi penulisnya memang sengaja melakukannya untuk menyindir. Menyindir siapa? Ya semuanya. Kita bisa melihatnya sebagai generasi tua yang sedang meledek generasi muda. Bisa sebaliknya. Dan malahan bisa juga sebagai generasi yang sama saling meledek.
Misalnya, karakter yang diperankan oleh Morgan Oey. Dia di sini selalu live di instagram, semua kegiatan yang ia lakukan di kampus bersama teman-teman segeng dibroadcast ke ribuan follower. Film menyinggung ini dalam batasan yang wajar ketika Lastri bertanya dengan polos berkata “kenapa curhat ke ribuan orang yang bukan sebenarnya teman?”. Cerita yang mengarah ke drama akan berhenti di sana, tetapi Mahasiswi Baru yang udah teguh tekad untuk menjadi konyol membuat tokoh si Morgan ini berbicara selalu dengan tambahan “guys” di belakang kalimat. Ini seperti memparodikan kebiasaan anak muda ngevlog jaman sekarang, yang merasa menggunakan “guys” otomatis menjadikan dirinya sebagai pribadi yang asik, regardless konten yang mereka buat.
Lain lagi dengan karakter yang diperankan oleh Umay Shahab; seorang yang merasa dirinya aktivis. Yang menjunjung tinggi demokrasi. Tokoh ini digambarkan gampang terpancing emosi. Sindiran terhadap tokoh ini adalah bahwasanya justru ternyata dia sendiri yang paling gampang ngejudge orang lain.
Karakter-karakter yang ada pada Mahasiswi Baru adalah campuran dari yang bersifat parodi seperti yang disebutkan di atas, yang dimainkan full-time sebagai komedi. Dengan yang bernada jauh lebih serius. Dua alumni Gadis Sampul; Mikha Tambayong (GS 2008) dan Sonia Alyssa (GS 2015), masing-masing kebagian peran yang lebih ‘berhati’ yang seperti kebalikan dari tokoh lain.
Yang satu punya cerita perihal passion yang terhalang keinginan orangtua sehingga dia lebih memilih tinggal sendiri dan merahasiakan siapa orangtuanya kepada teman-teman. Yang satu lagi bahkan tidak lagi punya orangtua, dan dia harus kuliah sambil bekerja diam-diam.
Keputusan naskah untuk membuat tokoh-tokoh tersebut sebagai stereotipe menciptakan jarak yang cukup jauh antara emosi dengan komedi. Dan film tidak pernah benar-benar membangun jembatan penghubungnya. Kita hanya dibawa berpindah-pindah dengan cepat oleh komedi-komedi konyol
Tokoh Lastri seharusnya adalah jembatan tersebut. Tapi bahkan Lastri pun tidak luput dari sindiran. Stereotipe generasi tua justru kuat pada Lastri. Di salah satu adegan diperlihatkan dirinya ke kelas membawa mesin tik, padahal yang disuruh oleh dosen adalah membuka laptop. Film menyuruh kita untuk percaya bahwa orang lanjut usia (yang tinggal di kota) tidak tahu dan mengerti di jaman sekarang sudah ada komputer. Lastri juga gagal ditulis dengan baik sebagai seorang karakter.
Untuk alasan dramatisasi, film memilih untuk menyimpan motivasi Lastri kepengen menjadi mahasiswi lagi. Dan untuk menutupnya mereka menggunakan komedi. Jadilah kita di sepuluh menit pertama mencoba untuk peduli pada Lastri yang bisa diterima kuliah dengan mengancam pihak kampus dengan bakal mendoakan mereka yang jelek-jelek. Ini adalah lucu menurut film. Kita harus memasuk-akalkan peristiwa Lastri bisa keterima menjadi mahasiswi di fakultas ilmu komunikasi, tanpa kita paham motivasi Lastri secara spesifik memilih fakultas tersebut, baru diakhir-akhir cerita menjadi jelas motivasi yang tertanam kepada Lastri.
Pesan menyeluruh yang bisa kita simpulkan dari Lastri yang sudah tua masuk ke Ilmu Komunikasi adalah bahwa usia bukan jaminan seorang individu bisa mengerti cara terbaik dalam mengomunikasikan cintanya kepada keluarga dan sahabat. Film ini tidak banyak menunjukkan adegan belajar di kampus karena pelajaran sesungguhnya yang harus dipelajari oleh Lastri terletak pada hubungannya dengan teman yang ia dapatkan, pada keluarga yang ia pikir ingin ia tinggalkan. Film menunjukkan untuk urusan cinta, tua dan muda sama-sama butuh banyak belajar.
Detail Film:
Judul : Mahasiswi Baru (2019)
Negara : Indonesia
Genre : Comedy, School
Sutradara : Monty Tiwa
Penulis Skenario : Jujur Prananto, Sarahero, Monty Tiwa
Produser : Ferry Ardian
Tahun Rilis : 8 Agustus 2019
Durasi : 1 Jam 36 Menit
Produksi : MNC Pictures
Download disini: https://t21.press/download/mahasiswi-baru-2019